Wisata edukasi trawas

Gundana

 

Hutan adalah suatu kumpulan pohon-pohon yang rapat dan menutup area yang cukup luas sehingga dapat membentuk iklim mikro yang kondisi ekologisnya sangat khas dan berbeda dengan areal lainnya (Dengler,1930). Menurut Forest Watch Indonesia (FWI), sejumlah 82 hektar luas daratan Indonesia masih tertutup hutan. Hal ini merupakan suatu bentuk prestasi yang membanggakan karena hutan adalah suatu pendukung terpenting dalam keseimbangan dunia. Di dalam hutan tersimpan berbagai kekayaan alam yang melimpah dan hutan merupakan paru-paru dunia.

Meskipun demikian, angka kehilangan hutan di Indonesia juga cukup tinggi antara tahun 2001 dan 2015. Menurut data yang diolah oleh Laboratorium Global Land Analysis and Discovery (GLAD) dari Universitas Maryland, kehilangan tutuoab hutan di Indonesia meningkat tajam di tahun 2012, yakni seluas 928.000 hektar. Angka ini kemudian turun secara signifikan pada 2013 dan kemudian meningkat lagi pada tahun 2014 dan 2015, yakni masing-masing seluas 796.000 hektar dan 735.000 hektar.

Grafik 1 Indografis kehilangan tutupan hutan Indonesia

Sumber : www.goodnewsfromindonesia.com

 

Oleh karena itu perlu ada perlindungan eksisteni hutan mengingat krusialnya fungsi hutan bagi kehidupan. Salah satu solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah perusakan hutan adalah pengenalan hutan sejak dini melalui edukasi. Tujuannya adalah menanamkan kecintaan kepada hutan, sebagai salah satu aset penting negara, sejak dini kepada anak-anak serta memberikan pengetahuan akan hutan itu sendiri. Sehingga diharapkan mampu tercipta generasi yang cerdas dan peduli akan lingkungannya.

Menurut Warduman Djojonegoro, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mengungkapkan jika e-learning (pembelajaran elektronik) lebih mudah diterima oleh anak daripada hanya membaca atau mendengar. Kesukaan anak belajar dengan cara membaca hanya 10 persen, belajar dengan cara mendengar hanya 20 persen, tetapi jika belajar model animasi justru lebih tinggi, bahkan mampu mencapai 90 persen. Sehingga edukasi berbasis internet of things dianggap lebih efektif untuk diajarkan kepada anak-anak.

Salah satu daerah yang memiliki potensi wisata yang tinggi adalah Trawas. Salah satu wilayah di Kabupaten Mojokerto yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, berada di lereng Gunung Penanggungan. Bagi para wisatawan yang datang, Trawas dikenal dengan alamnya yang indah, asri dan masih alami. Diantaranya adalah hutan pinus yang banyak terdapat di beberapa wilayah di Trawas.

Gambar 1 Hutan pinus yang ada di daerah Sendang, Trawas

Sumber : kaskus.com

Oleh karena itu mengenalkan hutan lewat wisata edukasi berbasis internet of things kepada anak-anak sebagai upaya untuk pencegahan kerusakan hutan serta menumbuhkan generasi yang cinta alam adalah ide yang inovatif yang mampu diterapkan. Trawas dipilih menjadi objek dari tulisan ini karena daerah tersebut mempunyai potensi yang tinggi dalam hal pariwisata didukung dengan keadaan alam yang juga masih alami sehingga dirasa cocok untuk pengembangan wisata edukasi ini. Basis internet of things perlu digagaskan dalam penulisan ini mengingat tuntutan zaman yang serba digital di era revolusi industri 4.0 ini, alasan lain yaitu keefektifan pembelajaran berbasis internet ini untuk anak-anak. Sehingga melalui tulisan ini, penulis memberikan sebuah gagasan mengenai “Jungle World : Wisata Edukasi Pengenalan Hutan Pinus untuk Anak-Anak Usia 5-12 Tahun Berbasis Internet of Things di Trawas”.

BACA JUGA:   Wisata edukasi anak batu

Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui tulisan ini adalah sebagai berikut : (1) Mengenalkan pembelajaran menarik dan kreatif mengenai hutan berbasis IoT kepada anak-anak. (2) Mampu menciptakan generasi penerus bangsa yang cinta akan lingkungan (3) Mampu menjaga eksistensi hutan lewat cara pencegahan lewat edukasi.

Metode yang digunakan dalam penulisan esai ini adalah metode studi literatur, melalui jurnal ilmiah, buku, penelitian sebelumnya serta artikel-artikel online yang menunjuang tulisan ini. Hal ini untuk menunjang data-data yang diperlukan dalam penulisan ini. Sehingga diharapkan tulisan ini dapat menjadi referensi serta rujukan yang sistematis, aktual serta konkrit.

Jungle World adalah wisata edukasi mengenai hutan pinus yang ada di Trawas. Sasaran utamanya adalah anak-anak usia 5-12 tahun, yang masih menempuh pendidikan dasar. Hal ini didasarkan pada tujuan penulisan ini yaitu pendidikan sejak dini demi terwujudnya generasi penerus bangsa yang cinta lingkungan. Pada usia tersebut, konsentrasi anak cukup tinggi dalam aktivitas yang dilakukannya, karena mereka sudah memiliki semangat berkompetisi yang tinggi dan rasa ingin tahu yang besar (Kompas, 2012).

Dalam wisata ini, anak-anak akan dikenalkan dengan berbagai varietes tanaman yang ada di hutan tersebut, fungsi hutan, serta bagaimana cara merawat hutan dengan benar. Pengenalan akan disampaikan oleh pemandu wisata yang akan mendampingi tiap grup anak-anak yang datang. Satu pemandu wisata dapat memegang kendali untuk satu grup yang berisi 4-6 orang. Selain itu, para wisatawan dapat mengakses info-info mengenai hutan tersebut lewat website yang dimiliki oleh Jungle World lewat smartphone masing-masing. Anak-anak juga akan didampingi oleh orang tua ataupun guru sebagai pengawas.

Ada dua macam metode pembelajaran yang ditawarkan oleh wisata edukasi ini. Diantaranya adalah :

  1. Pembelajaran Langsung

Dalam metode pembelajaran ini, peserta akan turun secara langsung ke hutan (mengunjungi lokasi ‘Jungle World’) dan belajar secara langsung melalui pemandu wisata yang akan menjelaskan mengenai berbagai unsur yang ada disana. Kelebihan pembelajaran ini adalah peserta lebih dekat dengan alam serta dapat melihat langsung secara kongkret mengenai hal-hal yang telah dijelaskan oleh pemandu wisata. Namun, dalam pembelajaran ini perlu adanya pengawasan intensif dari orang tua dan guru, mengingat sifat anak-anak yang cenderung aktif dan memiliki rasa ingin tahu tinggi.

  1. Pembelajaran Online

Metode Pembelajaran ini adalah kebalikan dari metode pembelajaran langsung. Karena peserta tidak harus datang ke lokasi ‘Jungle World’, mereka hanya perlu mengakses website ‘Jungle World’ lewat ponsel atau PC. Di dalam website tersebut terdapat berbagai penjelasan mengenai fungsi hutan secara umum, penjelasan mengenai tumbuhan-tumbuhan yang ada di ‘Jungle World’ serta klasifikasinya, dan cara merawat hutan agar eksistensinya akan selalu ada. Selain itu, dalam website ini juga disedikan menu Q&A, dimana para pengunjung website bisa bertanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hutan by online. Pertanyaan akan dijawab dalam kurun waktu paling lambat 24 jam.

BACA JUGA:   Harga Tiket Masuk Wisata Edukasi Bandung

Gambar 2 Logo “Jungle World”

Sumber : created by the writer

Sebagai suatu wisata baru yang edukatif dan inovatif yang bertujuan untuk pelestarian alam. Jungle World memiliki beberapa manfaat bagi para pengunjungnya dan pengelolanya, antara lain :

  1. Pembelajaran inovatif kepada anak-anak mengenai alam dan lingkungan.
  2. Menumbuhkan jiwa cinta alam dan peduli akan lingkungan.
  3. Wisata edukasi yang menyatu dengan alam.
  4. Sumber ekonomi masyarakat setempat.

Dalam mewujudkan wisata edukasi berbasis IoT, ‘Jungle World’, perlu adanya kerjasama sinergis dengan pihak-pihak yang terlibat. Berikut adalah daftar dari pihak-pihak yang akan di jelaskan dalam tabel 1.

 

NOPIHAK/INSTANSI YANG TERLIBATFUNGSI1Pemerintah PusatSebagai pembuat kebijakan nasional. Pemerintah tentu saja memiliki pengaruh besar dalam perwujudan Wisata Edukasi ini. Maka dari itu perlu adanya kerjasama yang apik antara pihak pencetus dengan pemerintah. Selain membuat kebijakan, pemerintah disini juga sebagai pengawas dari wisata edukasi yang akan dicetuskan ini.2Masyarakat setempatMasyarakat yang dimaksud adalah masyarakat yang khususnya tinggal di daerah sekitar Trawas. Salah satu manfaat dari pengelolaan wisata ini adalah sebagai sumber ekonomi masyarakat. Sehingga kerjasama dengan masyarakat mengenai pengelolaan, pemberdayaan, serta pengembangan wisata ini sangat diperlukan.3Perangkat Keamanan Setempat (TNI, POLRI)Dalam menciptakan lingkungan aman dan nyaman, maka keamanan adalah hal krusial yang perlu diperhatikan. Untuk mewujuskan wisata edukasi yang aman, perlu diadanya koordinasi yang baik antara pihak kemaanan setempat dengan penggangas/pengelola wisata ini.4Ahli ITKarena basis dari wisata ini adalah Internet of Things, maka keberadaan ahli IT tidak dapat terlepaskan. Agar mampu mengoptimalkan fitur-fitur pada e-learning yang akan disuguhkan kepada para pengunjung wisata ini.

Tabel 1 Daftar dari pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan ide ini.

Ada pun beberapa langkah strategis yang akan ditempuh demi terwujudnya wisata edukasi “Jungle Worlds”, antara lain adalah :

Bagan 1 Langkah stategis perwujudan “Jungle World”

Wisata edukasi “Jungle World” adalah pembelajaran inovatif mengenai hutan pinus di daerah Trawas yang berbasis Internet of Things bagi anak-anak usia 5-12 tahun, yang diharapkan mampu mewujudkan generasi cinta alam dan lingkungan. Serta sebagai perwujudkan dalam upaya mencegah kerusakan hutan sejak dini lewat edukasi langsung maupun tidak langsung mengenai hutan. Wisata ini mampu menjadi trade center sebagai salah satu wisata rujukan karena mengusung pembelajaran belajar sambil berlibur. Sehingga dengan adanya wisata ini, para pengunjung diharapkan mampu menyerap ilmu dan pengetahuan sebanyak-banyaknya lewat pembelajaran menarik seperti ini.

BACA JUGA:   Wisata untuk anak di puncak

Perlu adanya koordinasi yang baik pula antara pihak-pihak yang terlibat demi terwujudnya wisata edukasi ini. Serta perlu adanya dukungan penuh dari semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah, untuk pengembangan wisata ini ke depannya. Jungle World adalah salah satu jawaban atas permasalahan yang ada mengenai kerusakan hutan yang telah terjadi, sehingga ke depannya eksistensi hutan akan selalu terjaga.

KARYA : NILNA MAULIDA (BAHASA DAN SASTRA INGGRIS 2018)

DAFTAR PUSTAKA

 

Arifin, Nurul. 2018. Bagaimana Hutan Indonesia Sebagai Paru-Paru Dunia di Masa Depan? Available on https:www.goodnewsfromindonesia.id/2018/01/12/bagaimana-hutan-indonesia-sebagai-paru-paru-dunia-di-masa-depan

 

Hadi, Syamsudin. 2011. E-Learning Lebih Disukai Anak-Anak. Available on https://edukasi.kompas.com/read/2011/10/03/20544380/E-Learning.Lebih.Disukai. Anak-Anak.

 

Purwo, Aris. 2012. Mitologi Hutan. Available on https://hutanisme.com

 

Safitri, Aisyah. 2018. Hutan Sebagai Warisan untuk Masa Depan. Available on https://indonesia.tempo.com

Program Descargar

 

Surabaya, Jawa Timur – Tim matching fund (MF) Universitas Surabaya (Ubaya) meluncurkan Pojok Doelanan untuk mengembangkan potensi wisata Desa Ketapanrame menjadi edu-tourism. Kegiatan ini merupakan bagian dari MF berjudul “Scale Up Industri Pariwisata: Digitalisasi dan Layanan Jasa Pariwisata Berbasis Edukasi di Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto”.

Peresmian desa wisata ini  diikuti oleh Kepala Desa Ketapanrame, BUMDesa, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan peserta lomba permainan tradisional untuk anak tingkat Sekolah Dasar (SD). Kegiatan diadakan di Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. 

Pojok Doelanan merupakan salah satu dari program utama matching fund. Ketua tim pengusul matching fund (MF), Hari Hananto mengatakan, tempat ini akan digunakan sebagai salah satu edukasi yang memperkenalkan permainan tradisional.

“Kalau selama ini anak-anak sering main di HP, kami ingin mereka punya aktivitas olah fisik dengan bermain permainan tradisional. Pojok Doelanan bisa dimanfaatkan oleh sekolah dan orang tua untuk mengajak anaknya belajar dan bersosialisasi dengan sesamanya,” ujar Hari.

Permainan yang dilombakan yakni egrang, ular tangga, engkle, jalan pakai batok, foto bersama teman, melukis layang-layang, dan gasing. Peserta berasal dari tiga sekolah SD di Mojokerto, yaitu SDN Ketapanrame I, SDN Ketapanrame II, dan MI Dwi Dasa Warsa.

Inisiasi mengembangkan Desa Ketapanrame menjadi desa wisata edukasi dilatarbelakangi oleh perkembangan desa ini menjadi desa wisata yang tumbuh pesat dan dikenal masyarakat luas, namun perkembangannya belum sepenuhnya merata. Hari mengungkapkan Ubaya berkeinginan untuk meningkatkan cakupan wisata yang lebih luas yakni pengembangan wisata berbasis edukasi.

“Kami memanfaatkan sarana, prasarana, area, fasilitas wisata, sumber daya manusia, serta dukungan program pengembangan desa melalui anggaran desa. Kontribusi ini membuat potensi pengembangan wisata sangatlah menjanjikan,” jelasnya.

Also Read

Bagikan: